Senin, 15 Maret 2010

SELEKSI ALAM

Tentunya kita sepakat, kompetisi dalam menjalankan profesi atau kegiatan usaha sudah semakin ketat. Tak bisa dipungkiri, kita telah dihadapkan pada suatu dunia yang kompetitif dan penuh dinamika. Para pencari kerja, pegawai, kaum profesional, dan pengusaha semuanya harus berjibaku merebut, mempertahankan, dan mengembangkan pekerjaan atau bisnisnya.
Gejolak kompetisi dan pasang surut dalam menjalankan kegiatan profesi memang mesti ada, tapi bagaimanakah kita harus memaknainya?
Jika kita ingat kembali teorinya Charles Darwin tentang Seleksi Alam, mungkin kita akan menyadari betapa pentingnya adaptasi terhadap perubahan. Teori tersebut sekiranya dapat menjadi inspirasi berharga bagi kita untuk selalu berubah agar tidak terkena “seleksi alam”.
Memang, hidup sungguh merupakan suatu rangkaian perjalanan panjang yang melelahkan. Selepas kuliah, sungguh senang rasanya dapat bekerja pada perusahaan yang kita inginkan, tapi seiring waktu berjalan dan bertambahnya tanggung jawab yang harus diemban dalam menjalankan swadharma sebagai manusia, timbul keinginan untuk bekerja sendiri, mencari klien sendiri dan menjalankan proyek sendiri. Berhasil? Ternyata belum, ketika kita berharap hasil yang lebih besar, maka kita juga harus siap menanggung tanggung jawab dan resiko yang besar pula. Kegagalan sering menjadi pil pahit yang harus ditelan. Kecewa? Pasti, tapi tidak boleh lama-lama, karena sangat tidak enak dan tidak berguna kalau kita hidup dalam penyesalan. Pengalaman saya yang belum cukup lama hidup sebagai manusia mengatakan bahwa Hidup adalah Pertarungan melawan Diri Sendiri sekaligus proses Bersahabat dengan Diri Sendiri. Setiap saat kita harus melawan rasa tidak percaya diri, egoisme, negative thinking, penyesalan, dan sejenisnya. Tapi adakalanya kita mesti memberikan apresiasi pada diri sendiri lewat rasa syukur atas apa yang telah kita capai. Adalah mudah untuk mengatakannya dan Pasti sulit mempraktekkannya.