Rabu, 25 Maret 2009

LEMBAYUNG SENJA MENJADI SAKSI

Minggu, 22 Maret 2009, Pkl:17.00 WITA
Sore ini, kubuka laptopku di teras rumah, ditemani secangkir kopi dan sesekali menikmati hamparan sawah yang tampak akur dengan sunset di kejauhan. Tak tahu apa yang harus kutulis, terlalu banyak hal yang tertimbun dalam otak. Begitu banyak kenangan, rencana dan impian, sampai-sampai aku lupa bahwa ini hari Minggu, suatu hari yang jarang bisa kunikmati selayaknya hakikat hari Minggu. Ketika kuingat hari-hari yang telah berlalu, sering hanya kekecewaan, ketidakpuasan, penyesalan dan mahluk sejenisnya yang datang. Hidup terasa jauh dari rasa syukur.
Sering kubaca dan kudengar cerita orang tentang keikhlasan, tapi ternyata ilmu ikhlas itu sungguh tak gampang untuk diparaktekkan. Seringkali perasaanku berkata pada pikiranku, ”Be Positif”, tapi ia tak mau dengar.
Tapi, di sore ini, lembayung senja menjadi saksi, kukatakan pada pikiran dan hati nuraniku bahwa aku akan berubah. Aku tidak menghapus kenangan akan kesalahan, kecerobohan, dan kegagalan yang telah berlalu, tapi berusaha menerimanya sebagai suatu proses pembelajaran hidup.
Setulus hati, kupanjatkan puji syukur pada-Mu Tuhan, atas segala limpahan karunia yang tak kusadari telah begitu banyak Engkau anugrahkan pada hamba. Mohon ampuni segala dosa hamba.
Hari ini kucoba memetakan hidupku, dimana posisiku? Kemana aku harus melangkah? Apa yang hendak kucapai? Ibarat sebuah negara aku harus menyusun rencana strategis jangka pendek, menengah, dan jangka panjang lalu menjalaninya dengan senyum.
Tuhan, izinkanlah masa depan yang gemilang menyambutku disana dengan senyum bangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar